Trik Adaptasi Mahasiswa di Negeri Asing
- HMK Unsoed
- 4 Mar 2015
- 2 menit membaca
JAKARTA – Ketika berkuliah di luar negeri, kita juga perlu memerhatikan kemampuan berbahasa dan beradaptasi. Salah satu triknya adalah dengan memiliki teman yang dapat membantu kita mengatasi kendala dalam dua hal tersebut.
Bagi Monica Vita Andriani, keberadaan teman layaknya guru kedua yang menuntunnya keluar dari kesulitan berbahasa dan beradaptasi saat kuliah di luar negeri. Saat ini, Vita sedang menempuh program S-2 di Universite de Pau et des Pays de l’Adour, Pau, Prancis.
Saat baru menjejakkan kaki di Prancis, Vita merasa kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan kegiatan akademis. “Bahasa adalah halangan yang sedikit sulit untuk bisa memahami pembelajaran di kelas dengan benar,” kata Vita dalam surat elektroniknya kepada Okezone beberapa waktu lalu.
Dia bercerita, di masa awal kuliah, ada satu dosen yang tidak memakai proyektor sebagai alat bantu mengajar. Si dosen, kata Vita, lebih senang mendikte materi pelajaran untuk dicatat mahasiswanya.
“Alhasil, selama satu semester dengan dosen saya ini, saya tidak pernah berhasil pulang dengan catatan karena selalu tertinggal saat didikte,” ujarnya.
Guna mengatasinya, Vita memilih menjadikan teman sebagai guru kedua. Jika mengalami kesulitan, Vita pun mencari teman usai jam perkuliahan dan meminta si teman mengajari materi yang membuatnya tertinggal di kelas.
“Saya mencari teman orang Prancis,” katanya.
Kesulitan ini tidak membuat Vita frustrasi. Sebaliknya, dia justru termotivasi untuk terus berlatih mengunakan bahasa Prancis dalam kegiatan sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, perempuan yang baru mendapat gelar S-1 dalam program Earth Sciences-Geology tahun lalu di universitas yang sama ini makin menyadari bahwa kendala bahasa sebenarnya bukanlah permasalahan besar.
“Justru, itu merupakan sebuah tantangan,” ujarnya.
Vita menekankan pentingnya mempersiapkan kemampuan berbahasa Prancis bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di Negeri Menara Eiffel tersebut. Mahasiswa asing, ujarnya, dituntut memiliki kemampuan berbahasa Prancis minimal level DELF B2.
Tak hanya dalam berbahasa, mahasiswi asing kelahiran Muara Enim, Pendopo, 15 Juni 1992 ini juga menjadikan teman sebagai guru keduanya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan baru. “Selain belajar mengenal budaya dan tradisi setempat, saya juga tidak lupa mencari teman yang bisa saling mendukung dalam beradaptasi di tempat baru agar tidak merasa canggung,” tutur Vita.
Meski bukan di kampung halaman, Vita senang bersosialisasi dan aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Di kampus, perempuan yang menggilai dunia fotografi dan travelling ini mengikuti dua organisasi sekaligus yaitu asosiasi mahasiswa geologi, Geolatitude, dan Society of Petroleum Engineering (SPE).
“Kegiatan kami seputar mengunjungi laboratorium sebuah perusahaan atau mengadakan konferensi. Terkadang kami juga mengadakan hiking,” jelas Vita.
Tak hanya itu, Vita juga terdaftar sebagai salah satu anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Perancis, yang seringkali menggelar acara kebudayaan. Bahkan, dia dipercaya sebagai ketua PPI Prancis untuk daerah Pau (PPI Pau).
“Kegiatan ini tidak mengganggu waktu kuliah karena biasanya selalu dipilih waktu yang tepat saat liburan atau saat jadwal kuliah kosong,” tuturnya.
Sumber: Okezone.com
Postingan Terakhir
Lihat SemuaTahun telah berganti tetapi virus corona masih saja terus-menerus menghantui. Kehadirannya yang datang tiba-tiba mengacaukan semua hal...
Jakarta, Inovasi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan dilakukan dengan cara unik di perusahaan ini. Mereka memberikan...
Jakarta, Kemendikbud — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN)...
Comments