Kebumen ”Kota Lawet” Akankah Tinggal Kenangan ?
- HMK Unsoed
- 18 Apr 2014
- 2 menit membaca
KEBUMEN – Kebumen memang dikenal sebagai daerah yang memiliki pegunungan kapur dan berudara sejuk serta pemandangan yang rata-rata masih asli. Keberadaan walet di gua gua di Kebumen sudah ada ratusan tahun. Konon, ini bermula dari sejak ditemukan sarang burung walet pada abad ke-17 atau di masa kerajaan Mataram Kartosuro. Kisah penemuan gua sarang burung itu sendiri kemudian melahirkan ritual penduduk sebelum memanen sarang burung. Pera 90-an, produksi sarang burung walet menjadi primadona. Tarian yang menggambarkan perilaku burung walet pun diciptakan dan kemudian menjadi muatan lokal wajib di Sekolah Dasar kala itu.
Bahkan pernah ada pementasan tari walet oleh 1000 anak di Stadiun Candradimuka, Kebumen saat era Bupati Amin Sudibyo. Dan demi semakin mengukuhkan predikat kota lawet tersebut, dibuatlah sebuah monumen walet yang diletakkan tepat di tengah kota Kebumen. Gambar burung walet juga turut tercantum dalam logo Kabupaten Kebumen.
Tiap tahun, sarang burung walet yang diunduh dari gua gua di Kebumen terus mengalami penurunan. Tercatat pada 2000, sarang burung walet yang diunduh mampu mencapai 163,25 kg. Namun pada tahun 2007, sarang burung yang diunduh turun tajam menjadi 42,82 kg. Dan pada 2008 lalu, hasil unduhan hanya 22,16 kg saja.
Jelas, ini berdampak mengurangi pendapatan asli daerah yang kala kejayaannya pernah menyumbang 10% dari PAD. Setelah ditelusuri, ada dua faktor utama yang menyebabkan unduhan sarang burung walet turun drastis.
Di antaranya, populasi burung walet di daerah Ayah yang semakin berkurang. Penyebabnya, penebangan hutan di sekitar gua menyebabkan jumlah pakan alami burung menjadi berkurang. Dampak lain penebangan pohon adalah adanya perubahan suhu udara di sekitar mulut goa. Padahal walet hanya akan hidup jika habitatnya bersuhu dingin dan lembab.
Padahal proses pengunduhan sarang burung lawet di tiga lokasi yakni Goa Karangbolong, Goa Pasir dan Goa Karangduwur cukup menarik bagi wisatawan. Ritual sebelum pengunduhan yang hanya dilakukan empat kali dalam setahun itu bisa dijadikan event wisata bagi warga sekitar.
Peran pemerintah daerah di sini menjadi kunci. Bagaimana secara cerdas dapat mendorong masyarakat sekitar pantai untuk turut merawat hutan di sekitar, saat ini kawasan tersebut telah ada yang dilindungi dan dijaga poleh polhut. Kelestarian burung walet harus terus di jaga agar logo walet di lambang Kabupaten Kebumen tak hanya tinggal kenangan. (BYN/SM/LintasKebumen)
Postingan Terakhir
Lihat SemuaTahun telah berganti tetapi virus corona masih saja terus-menerus menghantui. Kehadirannya yang datang tiba-tiba mengacaukan semua hal...
Jakarta, Inovasi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan dilakukan dengan cara unik di perusahaan ini. Mereka memberikan...
Jakarta, Kemendikbud — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN)...
Comments