Jangan Hamil Saat Masih remaja, Ini Risikonya pada Bayi yang Dilahirkan
- HMK Unsoed
- 13 Mei 2014
- 2 menit membaca
Untuk menjadi seorang ibu bukanlah perkara yang mudah. Harus ada kesiapan fisik, terlebih lagi kesiapan mental. Tapi apa jadinya bila yang hamil adalah remaja?
“Karena sebagian besar kehamilan remaja itu tidak direncanakan, hasil coba-coba, tidak diinginkan, dan yang jelas mereka belum siap fisik, mental dan emosi. Oleh karena itu ada usaha abortus yang tidak aman; kalau gagal (abortus), mereka tidak memeriksakan kehamilan; dan banyak (korban kehamilan remaja) yang melahirkan tidak di tenaga kesehatan,” papar dr Mei Neni Sitaresmi, Ph.D., SpA(K).
Hal ini disampaikan dr Mei dalam Seminar All About Kehamilan Remaja di Fakultas Kedokteran UGM dan ditulis Selasa (13/5/2014).
‘Produk’ atau dampak dari kehamilan remaja sendiri sangat beragam. Antara lain pada bayi yang lahir dari ibu yang masih remaja, risiko lahir prematurnya lebih tinggi; berat lahirnya juga lebih rendah atau kurang dari 2,5 kg; dan risiko kelainan bawaan juga lebih sering muncul.
“Misal karena ada usaha untuk abortus itu tadi atau mungkin tidak suplementasi seperti asam folat. Seperti kita tahu bayi yang kekurangan asam folat berisiko mengalami kelainan terutama di otak, seperti menokokus atau spina bifida,” urai dr Mei.
Apalagi menurut dokter anak yang berpraktik di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tersebut biasanya remaja yang melakukan hubungan di luar nikah semacam ini juga cenderung melakukan perilaku berisiko seperti merokok. Hal ini menambah risiko kesakitan dan kematian bagi si jabang bayi yang dikandung.
“Ibunya sendiri kan juga belum siap mental. Anak-anak yang lahir dari ibu remaja ini akhirnya banyak yang neglected atau abused (diabaikan dan mengalami tindak kekerasan). Ketika beranjak remaja, mereka juga akan hamil muda, jadi seperti lingkaran setan,” tegasnya.
Untuk lebih lengkapnya, berikut daftar dampak kehamilan remaja pada bayi:
gangguan saluran pernapasan, contoh asfiksi atau hyalin membrane disease (HMD)
saluran pencernaan belum sepenuhnya siap, sehingga sulit menyusu dan mencerna makanan/minuman yang masuk. Pada kasus tertentu tubuh bayi sampai berwarna kekuningan atau mengalami infeksi saluran pencernaan
tubuh bayi belum bisa mengatur suhunya sendiri
pendarahan pada otak atau gangguan perkembangan otak karena otak juga belum terbentuk dengan sempurna
retinopati prematuritas (ROP), penyakit mata akibat perkembangan retina yang tidak normal pada bayi prematur
tuli
katup jantung yang belum menutup sempurna misal patent ductus arteriosis (PDA) dan atrial septal defect (ASD)
dr Mei yang juga staf pengajar di Fakultas Kedokteran UGM itu pun menekankan bayi dengan kelainan fisik tentu membutuhkan perawatan lebih intensif, termasuk biaya yang besar untuk mencegah kecacatan yang mungkin dialaminya di masa depan, misal untuk melakukan prosedur operasi atau penggunaan alat bantu.
Postingan Terakhir
Lihat SemuaTahun telah berganti tetapi virus corona masih saja terus-menerus menghantui. Kehadirannya yang datang tiba-tiba mengacaukan semua hal...
Jakarta, Inovasi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan dilakukan dengan cara unik di perusahaan ini. Mereka memberikan...
Jakarta, Kemendikbud — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN)...
コメント