top of page

Akibat Jika Orang Tua Jarang Ngobrol dengan Anak

JAKARTA, Beberapa orang tua jarang berbicara atau mengobrol dengan buah hati lantaran sibuk bekerja. Jika termasuk orang tua yang jarang mengobrol dengan buah hati, sebaiknya Anda mengubah kebiasaan itu. Sebab jarang bercakap-cakap dengan anak berefek buruk pada kemampuan bahasa anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar psikologi anak, Betty Hart dan Todd R Risley, kemampuan anak dalam berbahasa telah terbentuk jauh sebelum anak memasuki masa prasekolah. Kemampuan tersebut berasal dari keluarganya, terutama saat orangtua mengobrol dengan anak. Anak yang banyak diajak mengobrol cenderung memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Hart dan Risley menemukan bahwa dalam satu jam, beberapa orang tua menuturkan lebih dari 3000 kata kepada buah hatinya, sedangkan beberapa yang lain menuturkan kurang dari 200 kata. Hal tersebut menciptakan perbedaan drastis ketika anak mencapai usia tiga tahun. Ketika memasuki masa prasekolah, beberapa anak telah mendengar 33 juta kata, sedangkan beberapa anak yang lain hanya mendengar 10 juta. Ketimpangan tersebut menjadi penyebab perbedaan kemampuan anak dalam berbahasa.  Jika orang tua jarang mengobrol dengan anak, maka kemampuan anak dalam berbahasa cenderung tertinggal dibanding anak lain. Anak juga berisiko mengalami keterlambatan dalam berbicara. “Efeknya, misalnya kalau ada uji kemampuan bahasa, mungkin nilai kemampuan bahasanya akan di bawah kemampuan anak-anak lain seusianya,” terang tutur Eka K. Hikmat, S. Psi, Terapis AV (Auditory Verbal) dari Yayasan Rumah Siput Indonesia. Hal senada juga pernah dituturkan oleh Dra. Ratna Juwita, Dipl.Psych, staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Menurutnya, kurangnya komunikasi dari orangtua dapat menyebabkan anak mengalami terlambat bicara. Anak yang cakap dapat mengutarakan ketika menginginkan sesuatu, berbeda dengan anak yang terlambat bicara. Meski orangtua adalah guru bahasa utama bagi anak, anak tak melulu harus belajar dari orang tua. Anak juga bisa mempelajari kemampuan bahasa melalui pelajaran di sekolah dan percakapan dengan teman sebaya. Anak juga bisa belajar dari saudara, kakek, atau nenek. Yang paling penting, tutur Eka, ada sosok yang gemar mengajak anak bercakap-cakap.  “Sebetulnya yang penting ada model bahasa. Kan tidak tidak dipungkiri orangtua sekarang banyak yang harus bekerja, apalagi misalnya single parent yang tidak mungkin tidak bekerja. Siapapun bisa sebetulnya, yang penting bisa bersama anak dan menjadi model bahasanya, bisa embak, bisa asisten rumah tangga, nenek, kakek,” terang psikolog lulusan Universitas Padjadjaran tersebut pada Selasa (19/4/2014) Selain melalui percakapan langsung, anak juga dapat meningkatkan kemampuan bahasa melalui buku. Buku memberikan pengetahuan kosa kata yang tak didapat dari percakapan sehari-hari. Eka menuturkan, anak yang suka membaca buku akan memiliki perbendaharaan kata yang lebih luas ketimbang anak yang jarang membaca buku.

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


Artikel Terbaru

Kategori

file0.jpg.png
BHIDARA FIX.png

HMK UNSOED
KABINET BHIDARA

email-logo-png-1125.png
pngwing.com.png
pngwing.com.png

+6285746781807 (Hendri)

+6282135291512 (Idha)

  • Instagram
  • Facebook
  • YouTube

©2023 by HMK Unsoed

bottom of page